Leo Tolstoy: Sang Pangeran Kedamaian

oleh Peter Marshall

Tolstoy merasa tak nyaman disebut anarkis. Maklum, makna populer anarki selalu dikaitkan dengan kekerasan. Kendati begitu, dia termasuk pemikir anarkis terbesar karena pembelaannya akan kebebasan yang amat elok dan masuk akal. Seperti Bakunin, Tolstoy berasal dari kalangan aristokrat Rusia. Bedanya, Tolstoy menolak keras panggilan revolusi kekerasan. Politik Tolstoy tidak mungkin terlepas dari pandangan-pandangan moralnya yang didasarkan pada versi non-ortodoks dari agama Kristen. Dia tampil sebagai pengritik tajam kecurangan pemerintah, imoralitas patriotisme dan bahaya milititerisme. Dia tidak hanya berupaya hidup menurut prinsip-prinsipnya — betapa pun tidak berhasilnya – tapi juga anarkisme-relijiusnya melahirkan banyak komunitas pengikut Tolstoy (kaum Tolstoyan). Demikianlah, Tolstoy  menggoreskan pengaruh utama yang membentuk filsafat non-kekerasan Gandhi dan berlanjut mengilhami kalangan luas pasifis libertarian. Continue reading